Article Detail

Santo Yosef: Perjuangkan Ketaatan dan Kesetiaan

Tanggal 19 Maret bagi Yayasan Tarakanita Kantor Wilayah Lahat terkhusus unit TK, SD, SMP, dan SMA Santo Yosef adalah hari yang istimewa. Dikatakan istimewa karena 19 Maret adalah peringatan pelindung sekolah “Santo Yosef “ yang rutin dilakukan tiap tahun. Santo Yosef dijadikan pelindung sekolah ini karena sikap dan teladan beliau. Sederhana, tekun, teliti, setia kepada Allah, bertanggungjawab , pekerja keras, jujur, tulus, baik hati adalah pribadi Santo Yosef. Paling istimewa dan tidak diberikan kepada orang lain bahwa Ia dipercaya untuk membesarkan anak Allah. Lalu sebenarnya siapa Santo Yosef itu?

Orang Kristen maupun Muslim pasti sudah kenal sosok Yusuf, atau yang dalam Gereja Katolik dikenal dengan sapaan Santo Yosef. Dia adalah tukang kayu yang miskin keturunan langsung dari keluarga Daud. Kata yang dipergunakan dalam Injil aslinya adalah “tekton” yang artinya “pengrajin” atau “tukang”, karenanya dapat juga berarti bahwa ia seorang tukang bangunan ataupun seorang tukang kayu. Karena leluhurnya ini, Santo Yosef merupakan penghubung antara perjanjian lama yang dibuat dengan Abraham dan Musa, dengan perjanjian baru yang sempurna dan abadi melalui darah Yesus. Sebagai tukang kayu, ia menggantungkan hidupnya pada orang lain yang memanfaatkan jasa pelayanannya. Itu terletak pada hasil kerjanya. Jika hasil kerjanya tidak bagus, mungkin karena dikerjakan dengan tidak bertanggung jawab, tentulah orang akan meninggalkannya. Sebaliknya jika hasil kerjanya bagus memenuhi harapan orang, tentulah orang akan setia padanya. Dan itu terletak pada kinerjanya. Dan itulah sosok Yusuf, suami Maria dan ayah dari Nabi Isa Almasih, atau yang dikenal sebagai Tuhan Yesus.

Setiap tanggal 19 Maret sekolah Santo Yosef merayakan sosok tersebut. Satu teladan yang mau diberikan Santo Yosef untuk kehidupan kita adalah sikap mendengarkan. Dikatakan bahwa Santo Yosef sudah sampai pada keputusan untuk meninggalkan Maria, yang diketahuinya sudah hamil, sebelum mereka resmi menjadi suami istri. Tapi semua itu tidak terjadi karena akhirnya Yosef kembali menerima Maria menjadi isterinya. Ini disebabkan karena Yosef mau mendengarkan suara Tuhan dalam mimpinya. Dan di sinilah letak keutamaan Yosef: mendengarkan, bukan hanya suara dirinya sendiri melainkan suara yang berasal dari luar dirinya. Dengan mendengarkan, maka "terjadilah" rencana keselamatan yang dirancang oleh Allah untuk umat manusia. Artinya, ada kaitan mendengarkan dengan mendatangkan keselamatan.

Santo Yosef taat pada kehendak Allah, berani dan dengan tulus mendampingi Maria yang pada waktu itu sudah mengandung karena Roh Kudus. Demi ketaatan pada kehendak Allah, Santo Yosef mau menerima Maria dan melindungi bayi Yesus dan ibu-Nya. Dia berani menghadapai risiko dikejar-kejar oleh Raja Herodes yang ingin membunuh bayi Yesus. Santo Yosef mempertaruhkan hidupnya demi tugas mulianya, yaitu melindungi keluarga kudus Nasaret. Pada saat perjalanan pulang dari Yerusalem, Santo Yosef bersama dengan Maria terus mencari Yesus dan sampai menemukan kembali Yesus di Bait Allah. Hal itu menunjukan kesetiaan dan tenggung-jawab Santo Yosef dalam menjaga dan melindungi keluarga Nasaret.

kita semua memiliki tugas dan panggilan dalam hidup,keluarga dan masyarakat. Santo Yosef menjadi teladan bagi kita untuk menjadi pribadi yang setia pada panggilan. Santo Yosef mengajarkan nilai ketaatan dan kesetiaan sebagai keutamaan yang perlu kita perjuangkan di zaman ini.Teladan Santo Yosef menjadi inspirasi dan mendorong kita untuk memperjuangkan ketaatan dan kesetiaan kepada kehendak Allah. Kesetiaan dan ketaatan bisa terwujud jika kita mau mengalahkan diri sendiri dari egoisme agar Kemuliaan Allah terjadi dalam kehidupan ini. Ketika hal itu terjadi, maka Kerajaan Allah, Kerajaan damai sungguh terwujud dalam keluarga, dan masyarakat kita.

Kisah hidup Santo Yosef yang Kudus ini menjadikan permenungan dan membuka kesadaran kita bahwa pernah ada pelayan Allah yang utama, yang telah dengan tulus dan setia melayani Allah selama hidup-Nya di dunia tanpa pernah sedikit pun mengeluh, tanpa pernah sedikit pun menyerah oleh keputusasaan,tanpa sedikit pun bermegah bagi dirinya sendiri. ***

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment