Article Detail

Kerahiman Ilahi Tuntaskan Banyak Perkara

Lahat (8/5)—Menikah merupakan fase terpenting dalam hidup manusia. Di fase ini kita memilih seseorang untuk memulai hidup baru, terlepas dari orangtua dan berjuang untuk bertahan hidup bersama pasangan. Dalam cerita dongeng,  selalu diakhiri dengan  pernikahan agung di istana, tetapi tidak pernah menceritakan kisah selanjutnya setelah menikah. Kenapa?  Mengawali pertemuan dengan karyawan Yayasan Syantikara, Karolus Borromeus, dan Yayasan Tarakanita Wilayah Lahat Minggu (8/5) di aula SMP Santo Yosef, Rm. Wahyudi MSF mengajak karyawan untuk melihat kenyataan lewat film singkat kehidupan sebelum menikah dan sesudah menikah. Film itu sebagai jawaban pertanyaan kenapa. Sebagian karyawan merasa “Iyo nian.”

Temu karyawan dalam rangka rangkaian kegiatan  Dies Natalis 80 Tahun TK, SD, Susteran CB, dan Balai Pengobatan Santo Yosef ini mendalami “Panggilan Perutusan Keluarga Katolik dan Kerahiman Ilahi dalam Keluarga”.  Hadir mendampingi karyawan tim Promosi Panggilan dari Keuskupan Agung Semarang dibantu  tim Panggilan Keuskupan Agung Jakarta, dan Keuskupan Agung Palembang. Tim adalah para suster dan romo dari berbagai Tarekat atau Ordo, yaitu  Rm.Ipeng MSF, Rm. Wahyudi MSF, Rm.Paulus SDB, Rm. Pras SDB, Br. Yoga FIC, Sr.Maria Etha SND, Sr.Laurensia PPYK, Sr. Gemma CB, Sr. Hania Manahen CB, dan koordinator tim promosi panggilan Sr.Mariati CB. Kegiatan ini merupakan tahap ketiga setelah sebelumnya temu siswa katolik Santo Yosef, temu OMK tiga paroki, yaitu Tanjung Enim, Tanjung Sakti, dan Paroki Lahat.

Pada sesi  pertama, Rm. Wahyudi MSF mengulas tentang lima panggilan perutusan sebagai keluarga katolik. Pertama, keluarga menjadi gereja kecil. Konsili Vatikan II menyebut keluarga sebagai gereja mini (ecclesia domestica) karena dalam hidup berkeluarga ditampilkan hidup gereja dalam bentuk yang sederhana tapi mendasar. Keluarga katolik layak disebut sebagai gereja kecil bila anggotanya guyub dan sekaligus beriman. Ciri keluarga yang guyub adalah rukun, bersatu, dan akrab. Ciri beriman, yaitu menghormati dan mengasihi Tuhan. Kedua, menjadi komunitas doa. Keluarga katolik perlu dikembangkan menjadi komunitas yang akrab dengan Allah. Keakraban dengan Allah dipupuk melalui doa dan membaca Kitab Suci.

Bagian ketiga yang diulas, yaitu keluarga menjadi tempat pendidikan. Pendidik pertama dan utama adalah orangtua. Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami-isteri untuk berperanserta dalam karya penciptaan Allah. Di dalam keluarga, anak-anak dididik secara katolik untuk mampu mengimani, mengandalkan, dan mengasihi Tuhan. Keempat, menjadi sel pembangun gereja. Keluarga adalah sel dari gereja yang lebih luas, yakni gereja lingkungan, gereja wilayah, gereja paroki, gereja keuskupan. Keluarga katolik diharapkan menghayati dirinya sebagai sebuah sel dari gereja yang lebih luas. Keluarga katolik dibangun dan membangun gereja setempat. Dan yang terakhir keluarga menjadi sel pembangun masyarakat. Sebagai sel dari masyarakat, keluarga katolik dipengaruhi oleh kondisi masyarakat luas. Sebaiknya keluarga katolik diharapkan berusaha ikut mempengaruhi masyarakat luas.

Pada sesi kedua karyawan dibagi dalam kelompok. Dalam kelompok masing-masing anggota menyampaikan pengalaman “Kerahiman Ilahi” dalam kehidupan keluarga. Pengalaman ini akan memperkaya iman bagi anggota kelompok. Kita memahami benar bahwa pengalaman keluarga akan cinta kasih yang berasal dari Allah merupakan ruang untuk mengembangkan spiritualitas keluarga, yaitu pilihan hidup untuk memenuhi panggilan kepada kekudusan, menurut pola keluarga kudus di Nazaret. Tiap kelompok menentukan kata-kata kunci dari sharing untuk dijadikan yel-yel, puisi, atau lagu kelompok yang  ditampilkan pada sesi akhir pleno.***

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment