Article Detail
Mata Pena Menyapa Sepanjang Masa
Berawal dari “Memorandum of Understanding (MOU)” antara Romo Frans De Sales SCJ, bersama Kepala SMA Sr. Marisa CB dan Heribertus Triwardono S.Pd. sebagai saksi, Romo Frans berjanji akan selalu siap membimbing dan memberi pelatihan Jurnalistik kepada siswa-siswi SMA Santo Yosef Lahat. Seiring berjalannya waktu, siswa-siswi SMP Santo Yosef Lahat juga diikutsertakan dalam pelatihan ini.
Pelatihan Jurnalistik terus berkembang sehingga menghasilkan juara. Terbukti pada Lomba Karya Jurnalistik Siswa (LKJS) SMP tingkat Nasional 2015 meraih medali perak, piagam penghargaan serta uang pembinaan sebesar 12 juta rupiah. Sayangnya perlombaan belum ada pada tingkat SMA. Masih banyak lagi hasil karya binaan Romo Frans yang dituangkan ke dalam Tabloid TARA dan MATA PENA yang juga disebarluaskan melalui Tabloid KOMUNIO dan Website Tarakanita.
Selasa (26/1) lalu SMP dan SMA St. Yosef Lahat mengadakan Pelatihan Jurnalistik di ruang Perpustakaan SMA. Peserta yang hadir 35 orang tergabung dalam ekstrakurikuler Jurnalistik dan 2 karyawan Tarakanita. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun oleh Unit SMP dan SMA St. Yosef Lahat.
“Kegiatan ini bukan semata-mata melaksanakan program kerja tahunan unit SMP dan SMA, tapi untuk pengembangan diri siswa-siswi,” tutur Ir. Sukino selaku Kepala Sekolah SMA sekaligus koordinator Pelatihan Jurnalistik. Pelatihan Jurnalistik menjadi bagian dalam salah satu Misi Tarakanita yaitu berkarakter. Karakter siswa-siswi dapat diwujudkan melalui tulisan. “Menulis termasuk ke dalam CC5 Yayasan Tarakanita. Siswa-siswi yang memiliki potensi akan menghasilkan tulisan yang berbobot (Competency), menulis butuh daya juang dan disiplin dalam mencari sumber data dan dituliskan dengan jujur, menulis membutuhkan kreatifitas (Creativity),” imbuh Ir. Sukino.
Secara khusus, materi Pelatihan Jurnalistik menekankan pada menulis Feature. Dengan alasan isi dari Mata Pena dan Tara terdapat profil, aktivitas, laporan kegiatan. “Jika nanti kuliah akan sangat membantu dalam membuat karya tulis,” kata Romo Frans.
Hadir sebagai Nara sumber dalam Pelatihan Jurnalistik ini yaitu Romo Frans de Sales. Beliau merupakan perintis Tabloid KOMUNIO. Sudah 8 tahun kegiatan Pelatihan Jurnalistik dilaksanakan. Yang menjadi menarik yaitu Romo Frans selalu memberikan training di sekolah Santo Yosef Lahat.
Berawal dari tahun 2007, Sr. Marisa menginginkan agar tulisan siswa-siswi yang termuat di Mata Pena yang dirintis oleh Heribertus Triwardono sejak tahun 2005, menjadi bagian dalam Tabloid KOMUNIO. Keinginan ini muncul setelah beliau mengetahui bahwa Xavetta terbit 2 bulan sekali. Sr. Marisa lalu menghubungi Romo Frans dan mengungkapkan impiannya, agar sekolah St. Yosef dikenal banyak orang terutama orang katolik. “Sr Marisa mengatakan bahwa saya bertanggungjawab juga atas sekolah ini, karena SCJ memberikan sekolah untuk mereka (suster-suster CB). Maka saya diundang untuk memberikan training jurnalistik pertama kali tahun 2008,” cerita Romo Frans.
“Adanya kekhawatiran Suster Marisa akan pergantian kepala sekolah, ia meminta untuk membuat kontrak hitam di atas putih. Dengan demikian, Tabloid MATA PENA dan Pelatihan Jurnalistik tetap berlangsung terus,” kata Romo Fans. Oleh sebab itu, kegiatan Pelatihan Jurnalistik di sekolah St. Yosef rutin dilaksankan dan Romo Frans sebagai trainernya.
Dalam pelaksanaannya, pelatihan jurnalistik berjalan dengan tertib, dan peserta mengikutinya dengan antusias. Alif Gabriel dari kelas VIIC, salah satu peserta, mengungkapkan bahwa selama kegiatan berlangsung dia mendengarkan dan menulis hal-hal penting dari materi yang diberikan oleh Romo Frans. Salah satunya yaitu mengenai struktur piramida terbalik, semakin ke bawah semakin tidak penting.
Ditambahkan oleh Alif, Pelatihan Jurnalistik merupakan kegiatan yang spesial, membuat bangga karena yang bisa mengikutinya hanya anak-anak yang terpilih. Dengan adanya kegiatan ini, Alif mendapatkan manfaat yaitu menambah wawasan dari yang tidak tahu tentang jurnalistik menjadi tahu. Manfaat kedua yaitu banyak teman baru.
“Saya bisa ikut lomba dan menang hingga bisa mengharumkan nama sekolah,” harap Alif.
Harapan Romo Frans dari kegiatan Pelatihan Jurnalistik adalah murid-murid sendiri yang menulis tabloid sekolah. Siswa-siswi berproses dan terampil menulis dan membantu siswa-siswi dalam mengerjakan tugas pelajaran-pelajaran yang lain.
Dengan adanya kegiatan ini, Ir. Sukino mengharapkan agar siswa-siswi bisa menyampaikan apa yang dirasakan dan dipikirkan melalui tulisan dengan cara yang benar. Adanya rasa syukur dari diri siswa-siswi dengan membagikan pengetahuan pada khalayak. ***
Pelatihan Jurnalistik terus berkembang sehingga menghasilkan juara. Terbukti pada Lomba Karya Jurnalistik Siswa (LKJS) SMP tingkat Nasional 2015 meraih medali perak, piagam penghargaan serta uang pembinaan sebesar 12 juta rupiah. Sayangnya perlombaan belum ada pada tingkat SMA. Masih banyak lagi hasil karya binaan Romo Frans yang dituangkan ke dalam Tabloid TARA dan MATA PENA yang juga disebarluaskan melalui Tabloid KOMUNIO dan Website Tarakanita.
Selasa (26/1) lalu SMP dan SMA St. Yosef Lahat mengadakan Pelatihan Jurnalistik di ruang Perpustakaan SMA. Peserta yang hadir 35 orang tergabung dalam ekstrakurikuler Jurnalistik dan 2 karyawan Tarakanita. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun oleh Unit SMP dan SMA St. Yosef Lahat.
“Kegiatan ini bukan semata-mata melaksanakan program kerja tahunan unit SMP dan SMA, tapi untuk pengembangan diri siswa-siswi,” tutur Ir. Sukino selaku Kepala Sekolah SMA sekaligus koordinator Pelatihan Jurnalistik. Pelatihan Jurnalistik menjadi bagian dalam salah satu Misi Tarakanita yaitu berkarakter. Karakter siswa-siswi dapat diwujudkan melalui tulisan. “Menulis termasuk ke dalam CC5 Yayasan Tarakanita. Siswa-siswi yang memiliki potensi akan menghasilkan tulisan yang berbobot (Competency), menulis butuh daya juang dan disiplin dalam mencari sumber data dan dituliskan dengan jujur, menulis membutuhkan kreatifitas (Creativity),” imbuh Ir. Sukino.
Secara khusus, materi Pelatihan Jurnalistik menekankan pada menulis Feature. Dengan alasan isi dari Mata Pena dan Tara terdapat profil, aktivitas, laporan kegiatan. “Jika nanti kuliah akan sangat membantu dalam membuat karya tulis,” kata Romo Frans.
Hadir sebagai Nara sumber dalam Pelatihan Jurnalistik ini yaitu Romo Frans de Sales. Beliau merupakan perintis Tabloid KOMUNIO. Sudah 8 tahun kegiatan Pelatihan Jurnalistik dilaksanakan. Yang menjadi menarik yaitu Romo Frans selalu memberikan training di sekolah Santo Yosef Lahat.
Berawal dari tahun 2007, Sr. Marisa menginginkan agar tulisan siswa-siswi yang termuat di Mata Pena yang dirintis oleh Heribertus Triwardono sejak tahun 2005, menjadi bagian dalam Tabloid KOMUNIO. Keinginan ini muncul setelah beliau mengetahui bahwa Xavetta terbit 2 bulan sekali. Sr. Marisa lalu menghubungi Romo Frans dan mengungkapkan impiannya, agar sekolah St. Yosef dikenal banyak orang terutama orang katolik. “Sr Marisa mengatakan bahwa saya bertanggungjawab juga atas sekolah ini, karena SCJ memberikan sekolah untuk mereka (suster-suster CB). Maka saya diundang untuk memberikan training jurnalistik pertama kali tahun 2008,” cerita Romo Frans.
“Adanya kekhawatiran Suster Marisa akan pergantian kepala sekolah, ia meminta untuk membuat kontrak hitam di atas putih. Dengan demikian, Tabloid MATA PENA dan Pelatihan Jurnalistik tetap berlangsung terus,” kata Romo Fans. Oleh sebab itu, kegiatan Pelatihan Jurnalistik di sekolah St. Yosef rutin dilaksankan dan Romo Frans sebagai trainernya.
Dalam pelaksanaannya, pelatihan jurnalistik berjalan dengan tertib, dan peserta mengikutinya dengan antusias. Alif Gabriel dari kelas VIIC, salah satu peserta, mengungkapkan bahwa selama kegiatan berlangsung dia mendengarkan dan menulis hal-hal penting dari materi yang diberikan oleh Romo Frans. Salah satunya yaitu mengenai struktur piramida terbalik, semakin ke bawah semakin tidak penting.
Ditambahkan oleh Alif, Pelatihan Jurnalistik merupakan kegiatan yang spesial, membuat bangga karena yang bisa mengikutinya hanya anak-anak yang terpilih. Dengan adanya kegiatan ini, Alif mendapatkan manfaat yaitu menambah wawasan dari yang tidak tahu tentang jurnalistik menjadi tahu. Manfaat kedua yaitu banyak teman baru.
“Saya bisa ikut lomba dan menang hingga bisa mengharumkan nama sekolah,” harap Alif.
Harapan Romo Frans dari kegiatan Pelatihan Jurnalistik adalah murid-murid sendiri yang menulis tabloid sekolah. Siswa-siswi berproses dan terampil menulis dan membantu siswa-siswi dalam mengerjakan tugas pelajaran-pelajaran yang lain.
Dengan adanya kegiatan ini, Ir. Sukino mengharapkan agar siswa-siswi bisa menyampaikan apa yang dirasakan dan dipikirkan melalui tulisan dengan cara yang benar. Adanya rasa syukur dari diri siswa-siswi dengan membagikan pengetahuan pada khalayak. ***
Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment