Article Detail

Pengalaman Hidup Mesti Disyukuri

Lahat (16/12)--Ada seorang gadis bernama Tiara yang berasal dari keluarga yang serba kekurangan. Ayah bekerja sebagai pengayuh becak sedangkan ibunya kerja serabutan. Namun Tiara tidak patah semangat untuk belajar bahkan bisa menyelesaikan pendidikan S2 dengan nilai IPK tebaik. Biaya belajar dari usahanya sendiri dan dari hasil kerja Ayah dan Ibunya. Ketika wisuda, Tiara tidak malu datang bersama keluarga dengan menggunakan becaknya. Demikian lead berceritanya RD. Gono Pratowo Pr, mengawali khotbahnya dalam misa syukur akhir semester ganjil tahun pelajaran 2016-2017 di aula SMP Santo Yosef, Rabu (14/12). Misa yang dimulai pukul 11.00 WIB ini diikuti oleh seluruh siswa katolik, karyawan Yayasan Tarakanita, Yayasan Carolus Borromeus, dan Yayasan Syantikara.

“Kekurangan bukan menjadi kendala untuk berjuang meraih cita-cita,” tegas Romo Gono. Lebih lanjut Romo menyampaikan bahwa yang terjadi dengan siswa selama ini adalah patah semangat, mudah mengeluh, capek, dan tidak mau menjalankan kewajibannya sebagai siswa di rumah maupun di sekolah. Jika direnungkan memang ada benarnya bahwa ada kecenderungan siswa tidak bertanggung jawab atas kepercayaan orangtua yang diberikan kepadanya. “Untuk mempertanggung jawabkan secara moral seharusnya siswa dapat belajar dengan baik, berubah sikap menjadi baik, imannya menjadi baik,” kata Romo.

Romo juga mengajak seluruh komunitas Santo Yosef agar bersyukur atas pengalaman yang boleh diterima selama satu semester dan dijadikan dasar untuk merefleksi diri, mengambil sesuatu yang berharga untuk dapat direnungkan. Ada tiga hal yang ditawarkan untuk direnungkan bersama. Pertama, berani melupakan apa yang ada di belakang dan berani menapaki apa yang ada di depan. Sebagai umat beriman berani melupakan hal yang kurang baik, berani meninggalkan malas belajar dan lainnya kemudian kembali menapaki jalan yang lebih baik lebih bermanfaat. Kedua, selalu bersyukur dengan apa yang diperoleh. Bersyukur atas pengalaman hidup yang boleh dialami selama satu semester melalu doa dan perayaan ekaristi syukur ini. Ketiga, komitmen dalam hidup. Sekolah bagian dari gereja dan gereja bagian dari sekolah. Gereja berkewajiban untuk membantu menumbuhkan iman siswa. Pertumbuhan gereja juga tidak lepas dari keberadaan sebuah sekolah. Semoga kerjasama ini membuat siswa dapat tumbuh dan berkembang tidak hanya fisik, intelektual, sosial tetapi juga iman yang hidup.***

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment