Article Detail

Merajut Asa dan Gemilang Masa Depan bersama SMA Santo Yosef Lahat

Enam anak yang baru saja menginjakkan kakinya ke tanah Lahat dengan kikuk memasuki kantor Tarakanita Lahat dengan tas ransel di punggung mereka pada Kamis 27 Juni 2024. Beberapa diantaranya juga membawa koper dan tas jinjing berisi pakaian dan segala keperluan pribadi. Sesekali bahasa yang asing terdengar dari celotehan mereka yang berbicara satu sama lain. Keenamnya adalah siswa-siswi yang mendapatkan Beasiswa dari Yayasan Tarakanita Lahat untuk bersekolah di SMA Santo Yosef Lahat. 

 

Kehadiran mereka langsung disambut dengan hangat oleh  Sr. Margriet CB, M. Pd., Suster Koordinator asrama Maria Goretti, Sr. Beata, CB dan Heribertus Triwardono, M.Pd selaku Kepala Divisi Pendidikan Yayasan Tarakanita Lahat.. Mereka adalah anak-anak dari Kevikepan Mentawai yang mendapatkan beasiswa dari Yayasan Tarakanita untuk belajar di SMA Santo Yosef Lahat selama tiga tahun, dari kelas satu hingga kelas tiga SMA.

 

Keenam anak yang terdiri dari tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan tersebut kemudian akan tinggal secara terpisah. Tiga anak perempuan akan tinggal di asrama perempuan Maria Goretti sedangkan tiga anak laki-laki lainnya akan tinggal di asrama putra. Keenamnya diharapkan dapat mengenyam pendidikan dengan kualitas yang lebih baik di SMA Santo Yosef Lahat.  

 

Kehadiran dari anak-anak dari Kepulauan Mentawai untuk bersekolah di SMA Santo Yosef Lahat ini sendiri bukanlah sebuah hal yang baru di SMA Santo Yosef Lahat. Sebelumnya pada tahun ajaran 2023-2024 sebanyak enam anak dari Kevikepan Mentawai juga mendapatkan beasiswa dari Yayasan Tarakanita untuk belajar selama tiga tahun di SMA Santo Yosef Lahat. Dengan begitu, keenam anak yang akan menempuh pendidikan di SMA Santo Yosef Lahat dari kelas satu SMA ini menjadi gelombang kedua anak-anak yang menerima beasiswa dari Yayasan Tarakanita. 

 

Hal ini sendiri merupakan salah satu bentuk bakti Yayasan Tarakanita, Yayasan Tarakanita Lahat dan SMA Santo Yosef Lahat terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia juga meneruskan semangat Bunda Elisabeth Gruyters.

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment