article
Achmad Munif dalam Novel Perempuan Jogja berbicara secara spesifik tentang kehidupan Perempuan Jogja. Meskipun ada tokoh-tokoh dari luar yang dilahirkan, namun mereka digunakan untuk memperlihatkan pandangan masyarakat tentang kegiatan sehari-hari kehidupan Perempuan di Jogjakarta. Perempuan yang digambarkan adalah perempuan ynag sopan santun, tunduk pada peraturan suami, menghargai dan menghormati orang yang lebih tua, baik yang mengerti tentang tata karma.
Novel Perempuan Jogja menggambarkan tentang realitas kehidupan masyarakat jogja dengan baik dan buruknya. Perjodohan, kemiskinan, adat-istiadat, termasuk yang menyimpang digambarkan secara baik lewat para tokoh yang ada dalam novel tersebut. Fungsi sosial sastra dalam hal ini berkaitan dengan adanya nilai religuitas dan nilai moral. Pada bagian akhir cerita merupakan refleksi beberapa tokoh yang menyimpang dari norma dan kembali pada ajaran yang benar atau mengalami sebuah perubahan.
Kata kunci: Sosiologi, sosiologi sastra, religiusitas, sastra.
Penulis : Heribertus Triwardono
Selalu menyenangkan ketika mendapat kesempatan berbincang dengan orang-orang yang memiliki prestasi luar biasa. Apalagi, jika prestasi yang dicapai bertaraf internasional, ini tentu dapat melecut semangat kita untuk bisa menjadi seperti mereka. Hal ini juga yang saya rasakan ketika mendapat kesempatan berbincang dengan salah satu Alumni SMA Santo Yosef Lahat yang sukses meniti karir internasional di bidang fotografi. Meski perbincangan hanya bisa dilakukan melalui surat elektronik, tetapi tetap saja tidak mengurangi rasa bangga saya terhadap sosok yang satu ini.
Sosok inspiratif yang saya maksud adalah Alex Tjoa, nama lengkapnya Alexandra So Tin Tjoa. Ia seorang fotografer wanita yang cukup diperhitungkan di kancah internasional. Saya mengenal beliau dari Majalah Digital Camera Indonesia, Edisi 65, Januari 2015. Saya tidak membeli majalah tersebut, karena saya bukan termasuk penggila fotografi - saya senang mengambil gambar tetapi hanya sekadar memenuhi kepentingan jurnalistik, saat saya menulis berita. Saya mendapatkan majalah tersebut dari kepala SMA Santo Yosef, Bapak Ignatius Sukino. Beliau pun tidak membeli, majalah tersebut adalah kiriman dari Alex Tjoa, karena pada halaman 48 sampai 53 majalah tersebut, khusus berbicara tentang dirinya dan sebagian kecil karyanya.